Kisah Pilu Ibu Kehilangan Bayi Karena Gagal Ginjal

Kisah Pilu Ibu Kehilangan Bayi Karena Gagal Ginjal

sardarshaharhelp - Air mata Nur tidak berhenti mengalir di pelupuk matanya saat memandang foto putri bungsunya di layar ponsel.


Sesekali dia mengusap layar ponsel dan menciumi foto putrinya. Meski sudah dua bulan berlalu, namun Nur tak menyangka putri mungilnya yang masih berusia satu tahun tiga bulan menjadi salah satu dari 190 anak yang tewas karena Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA).


"Obat yang seharusnya menyembuhkan, malah sebaliknya membuat anak saya meninggal. Bahkan saya seringkali menyalahkan diri sendiri. Namun segera beristighfar, mengingat bahwa mungkin takdir," ujar Nur beberapa waktu lalu.


1. Putriku alami muntah dan diare selama tiga hari


Perempuan yang tinggal di Tangerang ini menceritakan peristiwa pilu di awal Agustus. Saat itu putrinya sebut saja Sari (bukan nama sebenarnya) mengalami muntah dan diare selama tiga hari dan diberikan sejumlah lacto B, Zinc, dan Domperidone untuk muntahnya. 


Namun kondisi sang putri tak kunjung membaik. Pada 7 Agustus, putrinya dilarikan ke rumah sakit di Tangerang dan dirawat selama lima hari.


"Tiga hari di rumah sakit, perut Sari kembung dan saat itu dokter bilang kondisi membaik dan pada 11 Agustus boleh pulang," ujarnya.


2. Sang putri meminum sirup Paracetamol dari dokter


Namun, kondisi Sari tak kunjung membaik. Malam hari, badan anak satu tahun tersebut demam tinggi dan Nur memberikan sirop Paracetamol yang diberikan oleh dokter di rumah kasih. Petaka tersebut terjadi, kondisi sang buah hati semakin menurun.  


"Keesokannya tidak mau pipis, dia juga tidak mau minum sama sekali, kakinya mulai bengkak. Namun ASI dan makan masih mau," ujarnya dengan suara yang parau.


3. Ginjal sang bayi alami pembengkakan karena tak kencing selama dua hari


Nur kembali membawa putrinya ke rumah sakit namun diminta pulang oleh nakes di rumah sakit tersebut dan diminta kembali besok agar sesuai tanggal kontrolnya.


"Ketika malam di rumah, nafasnya semakin sesak, dan paginya seluruh badan anak saya sudah bengkak, saa panik dan langsung bawa ke rumah sakit lagi dan di situ sudah terdeteksi pembengkakan ginjal," ujarnya sambil menahan tangis.


4. Tubuh anak penuh cairan dan tak sadarkan diri


Dokter sudah menusuk badan putrinya sampai 20 kali namun karena tubuhnya sudah dipenuhi cairan akhirnya paha putrinya dibedah, dan segera masuk ICU.


"Keesokannya, anak saya sudah tidak sadar dan mendapatkan bantuan ventilator. Infusan juga sudah masuk di leher, bahkan organ juga ikut tidak berfungsi. Kami terus mencari berbagai rumah sakit yang bisa menangani hemodialisa anak, namun nihil. Hanya ada dua rumah sakit yakni Harapan Kita dan RSCM, tapi di Harapan Kita penuh," ungkapnya.


5. Bayi itu hanya bernafas satu jam setelah henti nafas yang akhirnya meninggal dunia


Melihat kondisi buah hatinya semakin memburuk, Nur melarikan putrinya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sampai RS, para dokter dan perawat sigap memberikan pertolongan.


"Anak saya sempat kehilangan nadinya, tapi dipijat jantung, dan Alhamdulillah kembali bernafas, saat itu dokter bilang kalau kondisi membaik akan segera dilakukan Hemodialisa. Namun ternyata anak saya hanya bertahan satu jam dari kembali bernafasnya tadi. Dia pun dinyatakan meninggal dunia," ujarnya.


Tangis Nur kembali pecah saat menceritakan akhir kisah putrinya yang dinyatakan meninggal pada 18 Agustus 2022 lalu.


6. Waktu 1x24 jam sangat berarti untuk anak kami


Nur berusaha tegar dan mengikhlaskan putrinya. Namun, dia menyayangkan respons rumah sakit tempat pertama putrinya memeriksakan.


"Saya sangat kecewa terhadap rumah sakit awal karena dengan kondisi sudah tidak pipis dan demam dua hari, bahkan bengkak malah disuruh kembali sesuai jadwal kontrol. Padahal waktu 1x24 jam sangat berarti untuk anak kami," ungkapnya.


7. Pemerintah baru cari keberadaan Sari setelah ratusan anak lain meninggal


Nur juga kecewa dengan sikap pemerintah yang lambat. Dia menyayangkan setelah dua bulan kepergian anaknya dan ratusan anak yang meninggal, kini pihak Puskesmas, Dinkes bahkan Kemenkes mencari keluarga Nur.


"Mereka baru mencari keberadaan kami dan mencari tahu apa penyebabnya," ujarnya.


Meski demikian, Nur sedikit lega karena sudah ditemukan obat penawar yakni Fomepizole untuk pasien gagal ginjal meski terlambat untuk anaknya.


"Saya berharap kasus serupa tidak terjadi yang membuat nyawa balita lainnya hilang begitu saja," katanya.




Devy Fransisca

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.